Sabtu, 05 Desember 2009

KEAJAIBAN BAHASA
Ayu Ardiyanti Rifai


Hakikat Bahasa dan Asal Usul Bahasa
Bahasa adalah sesuatu yang melekat dalam kehidupan manusia, ada manusia berarti juga ada bahasa. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan manusia dan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat tutur. Setiap kelompok masyarakat yang berbudaya pasti mempunyai bahasanya sendiri untuk berkomunikasi dengan kelompoknya.
Ilmu linguistik mendefinisikan bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan tersusun secara sistematis. Lambang-lambang yang digunakan sebagai bahasa tersebut harus bisa didengar dan diucapkan. Setiap lambang bahasa mempunyai makna tertentu, dan lambang-lambang tersebut dapat digunakan untuk berkomunikasi antar manusia. Fungsi bahasa yang utama dari segi sosial adalah sebagai alat interaksi sosial dalam masyarakat dan sebagai alat komunikasi bagi manusia.
Apabila bahasa itu ada, pasti ada asal-usulnya. Banyak teori yang dilontarkan para pakar mengenai asal-usul bahasa, beberapa diantaranya adalah :
1. F.B. Condillac yang berpendapat bahwa bahasa berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri yang dibangkitkan oleh emosi atau perasaan yang kuat, kemudian teriakan-teriakan itu berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna dan lama kelamaan menjadi panjang dan rumit.
2. Pakar lain yang mengemukakannya adalah Von Herder, dalam teorinya mengatakan bahwa bahasa terjadi dari proses onomatope, yaitu peniruan bunyi alam. Bunyi-bunyi alam yang ditiru itu sebagai akibat dari dorongan hati yang sangat kuat untuk berkomunikasi.
3. Von Schlegel berpendapat berbeda tentang asal-usul pembentukan bahasa, menurutnya bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak mungkin bersumber dari satu bahasa. Asal-usul bahasa bergantung pada faktor-faktor pembentuknya, ada bahasa yang lahir dari onomatope, ada yang lahir dari kesadaran manusia. Pada dasarnya, menurut Von Schlegel bahasa menjadi sempurna karena akal manusia.
4. Menurut Brooks, bahasa lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia, bahasa lahir bersamaan dengan kelahiran kebudayaan manusia. Dalam hipotesisnya, Brooks mengatakan bahwa pada mulanya bahasa berbentuk bunyi-bunyi tetap yang merupakan simbol bagi benda, hal, dan kejadian yang mempunyai kedekatan makna dengan bunyi-bunyi tersebut, sejak awal bahasa pastilah merupakan suatu struktur yang terdiri dari bunyi, keteraturan, bentuk , dan pilihan.
5. Philip Lieberman mengemukakan teori bahwa bahasa lahir secara evolusi, menurut Liebermen, semua hukum evolusi Darwin telah berlaku dan dilaui juga oleh evolusi bahasa.
(Abdul Chaer,2003:31-32)
Teori apapun yang dikemukakan oleh para pakar tersebut, menunjukkan bahwa manusia membutuhkan bahasa untuk membangun kebudayaan, untuk memberikan makna pada dunia dimana manusia hidup. Manusia, bahasa dan kebudayaan saling bergantung dan berhubungan satu sama lain.

Hubungan Bahasa dan Kebudayaan
Bahasa dan kebudayaan manusia mempunyai hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa merupakan cerminan dari kebudayaan suatu masyarakat, ketika mengkaji kebudayaan suatu daerah, pasti akan dikaji pula kebahasaannya. Setiap bahasa dari suatu masyarakat telah mendirikan satu kebudayaan tersendiri untuk penuturnya.
Raja Ali Haji, seorang pengarang terkenal abad ke-19, penulis Gurindam Dua Belas, juga mempunyai pendapat yang sama tentang hubungan bahasa dan kebudayaan. Hal tersebut tampak pada Gurindam pasal lima yang ditulisnya, yaitu “jika hendak mengenal orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasanya”, artinya bahwa kebudayaan suatu bangsa akan terlihat dari bahasa yang digunakannya.
Hubungan erat antara bahasa dan kebudayaan suatu bangsa juga disebut-sebut dalam peribahasa, antara lain berbunyi “Bahasa dan bangsa itu tidak dijual atau dibeli” artinya bahwa orang yang berbangsa dan berbudaya adalah orang-orang yang selalu memperbaiki budi bahasanya. Peribahasa lain menyebutkan “Bahasa menunjukkan bangsa” yang berarti bahwa bahasa menunjukkan sifat dan kebudayaan seseorang.
Setiap kebudayaan pasti terdapat bahasa yang memberikan ciri khas dan merupakan cerminan bagi masyarakatnya. Jumlah bahasa di dunia pasti sama dengan jumlah kebudayaan masyarakat di dunia. Bahasa adalah keragaman, tapi bahasa juga persatuan, maksudnya meskipun bahasa di dunia ini beragam, tapi dengan bahasa pula manusia bisa berinteraksi dan berkomunikasi.

Kekuatan Bahasa
Bahasa hadir untuk memberikan makna pada dunia. Dunia tanpa bahasa akan menjadi hening dan diam, tidak akan tercipta kehidupan dan kebudayaan, karena tak ada reaksi dan tak ada gerakan sehingga tidak akan menghasilkan apapun. Tanpa bahasa manusia tidak akan bisa menyampaikan atau mengungkapkan apa yang ada dalam hati dan pikirannya, sehingga semua ide dan gagasan tidak akan akan pernah terungkap, padahal semua ilmu pengetahuan di dunia ini berasal dari pemikiran, ide dan gagasan manusia.
Manusia hanya punya satu alat dalam menjalankan tugasnya sebagai manusia, alat tersebut adalah bahasa. Bahasa mampu mewujudkan sesuatu yang abstrak dari pikiran manusia menjadi sesuatu yang nyata dan konkret, yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Bahasa mempunyai kekuatan yang mampu mewujudkan apapun keinginan manusia. Kekuatan bahasa mampu menciptakan kasih sayang antar manusia, mampu membuat manusia bahagia, mampu menciptakan kesedihan, bahkan mampu menciptakan perang.
Diantara semua simbol yang ada di dunia, bahasa adalah simbol yang paling rumit, halus, dan selalu berkembang. Manusia sudah sepakat untuk saling bergantung satu sama lain dengan menggunakan bahasa, maksudnya bahwa bahasa dijadikan alat interaksi dan komunikasi sosial bagi manusia. Penggunaan bahasa merupakan kesadaran kolektif masyarakat tutur. Bahasa digunakan dalam tuturan/ujaran dan tulisan dengan wujud yang bervariasi dalam bentuk maupun nuansa makna.
Pendapat yang mengatakan bahwa bahasa adalah sesuatu yang mudah adalah pendapat yang salah. Bahasa adalah simbol/lambang yang rumit dan untuk bisa menguasainya manusia harus menggulati pengetahuan bahasa yang begitu banyak dan luas. Kebanyakan manusia sudah lupa dengan kekuatan bahasa, manusia zaman sekarang lebih percaya pada pengetahuan dan pengalaman, padahal tanpa adanya bahasa, hal tersebut hanya akan menjadi sesuatu yang abstrak dan tanpa makna. Bahasa menjadikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam diri manusia menjadi nyata, sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.

Bahasa Bagi Manusia
Bahasa adalah sebuah keajaiban, yang mampu menghasilkan dan menyebabkan apapun di dunia ini. Bahasa adalah dari manusia dan untuk manusia, bagian dari manusia dan merupakan bagian dari perbuatan tingkah laku manusia.
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan perasan-perasaan batin manusia. Perasaan senang, sedih, marah, kecewa, kagum dapat diungkapkan dengan bahasa. Bahasa bisa menyebabkan manusia menjadi menangis atau tertawa.
Ide , gagasan, dan pemikiran manusia bisa terungkap menjadi sesuatu yang konkret dengan menggunakan bahasa. Dengan demikian, ide, gagasan, dan pemikiran tersebut bisa dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Selain itu, bahasa juga digunakan untuk menyampaikan semua ilmu pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan manusia.
Penggunaan bahasa salah satunya adalah untuk menjelaskan suatu benda, hal, perkara dan keadaan, sehingga manusia akan memahami segala aspek kehidupan dan alam sekitarnya. Semua bentuk karya sastra yang fungsinya menghibur, menyenangkan, dan memuaskan batin manusia juga menggunakan bahasa. Dengan bahasa pula seorang manusia bisa mempengaruhi manusia yang lain untuk mengikuti keinginannya.

Jangan Meremehkan Bahasa
Semua uraian di atas menunjukkan bahwa bahasa adalah salah satu hal yang selalu melekat dengan kehidupan manusia, selalu dekat dengan aspek kehidupan manusia, sehingga menjadi hal yang paling penting bagi manusia. Bahasa memiliki kekuatan yang mampu menjalankan dunia dan memberikan makna pada dunia. Bahasa adalah sesuatu yang hidup, selalu berkembang mengikuti masyarakat petutur. Manusia akan menjadi hampa tanpa bahasa.
Sebuah pertikaian/konflik bisa diselesaikan dengan bahasa, misalnya konflik GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang pernah dialami bangsa Indonesia, bisa terselesaikan dengan adanya perundingan dan perjanjian yang tentu saja menggunakan bahasa, secara lisan dan tulisan. Sebaliknya, bahasa bisa digunakan untuk menyakiti orang lain, contohnya bahasa tersebut digunakan untuk membicarakan keburukan orang lain. Ketika seseorang menggunakan bahasa untuk memuji kebaikan orang lain, maka bahasa bisa menjadi hal yang membahagiakan. Contoh lain bahasa yang bisa membahagiakan manusia adalah larik-larik bahasa yang diberi nada atau yang biasa disebut dengan lagu/nyanyian.
Kehidupan keagamaan manusia juga tidak lepas dari bahasa, semua wahyu, ajaran, perintah, dan larangan disampaikan melalui bahasa. Tanpa bahasa, manusia tidak akan memahami dan mengerti semua hal tersebut. Manusia bisa berkomunikasi dengan Penciptanya juga dengan bahasa, ketika seseorang berdoa, maka dia menyampaikannya dengan bahasa. Ketika seorang muslim melakukan sholat, maka di dalam setiap gerakan juga menggunakan bahasa.
Bahasa adalah sesuatu yang ajaib. Bahasa yang terbentuk dari lambang-lambang bunyi yang mempunyai makna dan tersusun secara sistematis tersebut, mampu melakukan apapun untuk manusia dan dunia yang ditinggalinya. Fenomena bahasa adalah fenomena yang tidak pernah mati, karena bahasa selalu berkembang dan berubah. Penelitian dan pergulatan untuk mempelajari bahasa juga tidak akan pernah berhenti, karena selalu akan ada perubahan dan perkembangan dalam ilmu bahasa dan kebahasaan.
Manusia yang meremehkan penggunaan bahasanya, berarti dia juga meremehkan kehidupannya dan meremehkan lingkungan sekitarnya. Bahasa adalah aturan, dalam pemakainnya juga terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi. Ketika aturan-aturan itu dilanggar, maka bisa menyebabkan kesalahpahaman dalam memaknai suatu perkataan atau suatu tulisan.
Bahasa itu unik dan kreatif, maksudnya bahwa bahasa mampu melahirkan sistem bahasa yang berbeda pada setiap kelompok masyarakat, bahasa memberikan identitas sosial bagi suatu kelompok masyarakat. Dengan bahasa, memungkinkan manusia menyusun sebanyak mungkin kalimat yang berbeda untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa adalah sesuatu yang universal, meskipun bahasa di dunia ini beragam, tapi bahasa mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu setiap bahasa dihasilkan dari bunyi, dan setiap bahasa pasti tersusun secara sistematis, meskipun sistem setiap kelompok masyarakat tutur berbeda satu sama lain. Bahasa juga merupakan kesepakatan antar pemakainya, setiap manusia pasti sepakat menggunakan bahasa utnuk berinteraksi dan bekomunikasi satu sama lain. Kesepakatan itu tidak akan pernah mati atau hilang.
Keajaiban dan kekuatan di balik bahasa memberikan makna dalam kehidupan manusia, memberikan warna pada perjalanan hidup manusia. Bahasa mampu melakukan apapun yang diinginkan manusia. Semua ide, gagasan, dan pemikiran manusia bisa diwujudkan menjadi nyata dan bermakna hanya dengan bahasa. Bahasa adalah kebutuhan manusia yang tidak akan pernah bisa ditinggalkan dan bahasa adalah kebudayaan manusia.
3/6/08

Senin, 16 November 2009

Hasrat Untuk Berubah (The Willingness of Change)
ditulis oleh seorang Anglican Arch Bishop

ketika aku masih muda dan bebas berkhayal,
aku bermimpi ingin mengubah dunia. seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,
kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah.
maka cita-cita itu pun agak kupersempit,
lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku.
namun tampaknya, hasrat itu pun tiada hasil.
ketika usiaku semakin senja,
dengan semangatku yang masih tersisa,
kuputuskan untuk mengubah keluargaku,
orang-orang yang paling dekat denganku.
tetapi malangnya, mereka pun tidak mau berubah.
dan kini, sementara aku berbaring saat ajal menjelang,
tiba-tiba kusadari:
andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,
dan dengan menjadikan diriku sebagai teladan,
mungkin aku dapat mengubah keluargaku.
lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,
bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku.
kemudian siapa tahu,
aku bahkan dapat mengubah dunia.

Selasa, 03 November 2009

air sungai...

traveling, adventuring.....kegiatan-kegiatan seperti itu membuatku merasa bebas....menikmati bau tanah yang basah karena guyuran hujan, menikmati bau pohon-pohon pinus di hutan pinus...hmmmmm...tiada duanya....merasakan cahaya matahari di alam bebas membuat diriku merasa berharga...berjalan sendiri di jalanan becek, terpeleset, kena duri...ahhh tak peduli, bahkan lintah yang menempel di kulit tak kuperhatikan, biarkan saja mereka kenyang...toh nanti juga pergi sendiri, bahkan kabut yang datang ketika mulai senja hingga dini hari membuatku selalu berkontemplasi....ribuan bintang di langit yang kelam selalu menjadi bagian yang terfavorit...apalagi jika disertai gurauan teman-teman seperjalanan, dan bagian itu selalu kurindukan.

ada satu hal lagi yang menjadi perhatianku...sungai...ketika duduk di bebatuan...sendiri...mataku tak lepas memandang aliran sungai...dari hulu ke hilir, kuperhatikan cara air sungai itu melewati dinding-dinding kokoh bebatuan yang menghalangi alirannya...sangat elegan...dia tak pernah marah karena sang batu menghalangi jalannya, malahan dia begitu ramah ketika melewati sang batu yang terkenal keras itu...air tak pernah berusaha mengusik atau memindahkan posisi batu untuk melewatinya...tau apa air lakukan??? ya...dia dengan begitu tenang dan ramah mencari celah di sekitar keberadaan batu, kemudian dia melewatinya, dan sang batu juga tidak pernah berusaha menghalanginya...keduanya begitu saling menghargai, dengan situasi seperti itu setiap makhluk yang ada di sekitarnya menjadi bahagia.

Kamis, 08 Oktober 2009

GUNUNG LAWU : SEKITAR MITOS DAN LEGENDA

Gunung Lawu berketinggian sekitar 3265 M di atas permukaan laut, terletak di
perbatasa propinsi Jawa Tengah – Jawa Timur. Untuk mencapai puncaknya, dari kota
Solo ke arah timur sekitar 55 km, melewati wilayah Kabupaten Karanganyar.

Gunung Lawu bersosok angker dan menyimpan misteri dengan tiga puncak utamanya :
Harga Dalem, Harga Dumilah dan Harga Dumiling yang dimitoskan sebagai tempat
sacral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini masyarakat setempat sebagai tempat
pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat
pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga
Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai
ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi.

Konon kabarnya gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan
ada hubungan dekat dengan tradisi dan budaya keraton, semisal upacara labuhan
setiap bulan Sura (muharam) yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta. Dari visi
folklore, ada kisah mitologi setempat yang menarik dan menyakinkan siapa
sebenarnya penguasa gunung Lawu dan mengapa
tempat itu begitu berwibawa dan berkesan angker bagi penduduk setempat atau
siapa saja yang bermaksud tetirah dan mesanggarah.

Siapapun yang hendak pergi ke puncaknya bekal pengetahuan utama adalah tabu-tabu
atau weweler atau peraturan-peraturan yang tertulis yakni larangan-larangan
untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan, dan
bila pantangan itu dilanggar di pelaku diyakini bakal bernasib naas.


Siapa Penguasa Gunung Lawu ?

Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan Majapahit (1400 M). Alkisah, pada era
pasang surut kerajaan Majapahit, bertahta sebagai raja adalah Sinuwun Bumi Nata
Bhrawijaya Ingkang Jumeneng kaping 5 (Pamungkas). Dua istrinya yang terkenal
ialah Dara Petak putri dari daratan Tiongkok dan Dara Jingga. Dari Dara Petak
lahir putra Jinbun Fatah, dari Dara Jingga lahir putra
Pangeran Katong.

Jinbun Fatah setelah dewasa menghayati keyakinan yang berbeda dengan ayahandanya
yang beragama Budha. Jinbun Fatah seorang muslim. Dan bersamaan dengan pudarnya
Majapahit, Jinbun Fatah mendirikan Kerajaan di Glagah Wangi (Demak). Melihat
situasi dan kondisi yang demikian itu , masygullah hati Sang Prabu. Akankah
jaman Kerta Majapahit dapat dipertahankan?

Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi memohon
petunjuk Sang Maha Kuasa. Dan wisik pun datang, pesannya : sudah saatnya cahaya
Majapahit memudar dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan yang baru tumbuh
serta masuknya agama baru (Islam) memang sudah takdir dan tak bisa terelakkan
lagi.

Pada malam itu pulalah Sang Prabu dengan hanya disertai pemomongnya yang setia
Sabdopalon diam-diam meninggalkan keraton dan melanglang praja dan pada akhirnya
naik ke Puncak Lawu. Sebelum sampai di puncak, dia bertemu dengan dua orang
umbul (bayan/ kepala dusun) yakni Dipa Menggala dan Wangsa Menggala. Sebagai
abdi dalem yang setia dua orang umbul
itu pun tak tega membiarkan tuannya begitu saja. Niat di hati mereka adalah
mukti mati bersama Sang Prabu . Syahdan, Sang Prabu bersama tiga orang abdi
itupun sampailan di puncak Harga Dalem. Saat itu Sang Prabu bertitah : Wahai
para abdiku yang setia sudah saatnya aku harus surut, aku harus muksa dan
meninggalkan dunia ramai ini. Kepada kamu Dipa Menggala, karena
kesetiaanmu kuangkat kau menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi semua mahluk
gaib (peri, jin dan sebangsanya) dengan wilayah ke barat hingga wilayah
Merapi/Merbabu, ke Timur hingga gunung Wilis, ke selatan hingga Pantai selatan ,
dan ke utara sampai dengan pantai utara dengan gelar Sunan Gunung Lawu. Dan
kepada Wangsa Menggala, kau kuangkat sebagai patihnya, dengan gelar Kyai Jalak.

Suasana pun hening . Melihat drama semacam itu, tak kuasa menahan gejolak di
hatinya, Sabdopalon pun memberanikan diri berkata kpd Sang Prabu : Bagaimana
mungkin ini terjadi Sang Prabu ? Bila demikian adanya hamba pun juga pamit
berpisah dengan Sang Prabu, hamba akan naik ke Harga Dumiling dan meninggalkan
Sang Prabu di sini. Dan dua orang tuan dan abdi
itupun berpisah dalam suasana yang mengharukan.

Singkat cerita Sang Prabu Barawijaya pun muksa di Harga Dalem , dan Sabdopalon
moksa di Harga Dumiling. Tinggalah Sunan Lawu Sang Penguasa gunung dan Kyai
Jalak yang karena kesaktian dan kesempurnaan ilmunya kemudian menjadi mahluk
gaib yang hingga kini masih setia melaksanakan tugas sesuai amanat Sang Prabu
Brawijaya.

Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat selain tiga
puncak tersebut yakni : Sendang Inten, Sendang Drajat, Sumur Jalatunda, Kawah
Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani. Bagaimana situasi
Majapahit sepeninggak Sang Prabu? Konon sebagai yang menjalankan tugas kerajan
adalah Pangeran Katong. Figur ini
dimitoskan sebagai orang yang sakti dan konon juga muksa di Ponorogo yang juga
masih wilayah gunung Lawu lereng Tenggara.
http://www.karanganyar.go.id/featureLawu.htm

Jumat, 21 Agustus 2009

INTERPRETASI KU....

Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata
(w.s. rendra)

Kesadaran diri untuk berbuat lebih baik dan melakukan yang terbaik selayaknya matahari yang selalu memberikan cahaya kehidupan dan cahaya terang dalam menjalani peranan di dunia ini. Tidak cukup sadar saja, tapi kesabaran juga mengambil peran penting dalam kehidupan, kesabaran itu seperti bumi / ibu pertiwi yang tak pernah lelah ngemong anak-anaknya, memberi makan, tempat tinggal, dan memenuhi segala macam kebutuhan hidup anak-anaknya.

Hidup juga akan lebih lengkap jika punya keberanian, berani untuk jujur dan melangkah maju menatap masa depan, mewujudkan tujuan kehidupan. Untuk itu, hal yang perlu dilakukan adalah berjuangan, karena perjuangan adalah wujud nyata / pelaksanaan dari setiap ucapan yang muncul dari mulut manusia, jika seseorang lalai berjuang, sama artinya dia tak berkata apapun (omong kosong).

Minggu, 16 Agustus 2009

Indonesia sudah merdeka 64 tahun....
jiwa dan raga pejuang kemerdekaan untuk mengibarkan sang merah putih
niat tulus, pikiran, moral, dan hati nurani untuk menjaga kemerdekaan...
merdeka yang hakiki!!!!
DIRGAHAYU KE-64 INDONESIA RAYA!!!

Senin, 10 Agustus 2009

kesadaran adalah matahari
kesabaran adalah bumi
keberanian menjadi cakrawala
perjuangan adalah pelaksanaan dari kata-kata
(w.s. rendra)

Sabtu, 01 Agustus 2009

belajar tentang sesuatu

rasa sakit melembutkan hati
kecewa mampu memaksa untuk ikhlas
kegagalan bisa menundukkan kepala

untuk membuat manusia belajar sesuatu
terkadang Allah memberikan cambukan yang pedih
agar mata, telinga, dan hati tidak lagi beku
untuk bereaksi...
HATI...

air mata keluar karena hati yang mendorong
bibir tertawa lebar, hati juga membujuk
ketika jatuh cinta, hati dulu yang bergetar
saat patah hati...sudah pasti hati yang hancur lebur

Jumat, 17 Juli 2009

Kontemplasi Kontowijoyo Dalam
Makrifat Daun – Daun Makrifat

Ayu Ardiyanti Rifai

A. Kuntowijoyo dan Sastra Profetik
Karya sastra adalah kegiatan kreatif yang tidak cukup hanya berkhayal dan berimajinasi. Lebih dari itu karya sastra merupakan kaca cermin kehidupan manusia dengan berbagai macam konflik dan permasalahan. Sastra merupakan sebuah karya yang sarat dengan keindahan dan misteri, baik itu misteri bentuk maupun maknanya.
Sastrawan yang baik adalah seseorang yang berkarya dengan idealisme dan dedikasi tinggi untuk menyampaikan gagasan dan kreativitasnya, tidak hanya menggunakan imajinasi dan khayalan semata, namun juga mengikutsertakan hati nurani dalam kerja kreatifnya. Salah seorang penulis dan sejarahwan di Indonesia adalah Kuntowijoyo. Penulis kelahiran Yogyakarta 1944 itu banyak menuliskan karya sastra yang sarat dengan kontemplasi atau perenungan. Banyak karyanya yang merupakan gambaran keimanannya kepada Tuhan, seperti misalnya novel Khotbah di Atas Bukit (1976), antologi puisi Suluk Awang-Uwung (1976), dan antologi puisi Makrifat Daun-Daun Makrifat (1995).
Meskipun Kuntowijoyo banyak menuliskan karya yang bersinggungan dengan Tuhan, penulis tersebut tidak pernah menyebut dirinya sebagai penulis sufistik, Kuntowijoyo lebih suka menyebut karyanya sebagai sastra profetik. Sastra profetik merupakan karya sastra sufi yang dipandang masih relevan dengan dunia modern, berkenaan dengan kenabian (KBBI,1999:789). Sastra sufi merupakan sastra yang hanya bicara tentang Tuhan semata, sedangkan sastra profetik merupakan pengisahan hubungan Tuhan dan manusia, sekaligus peduli dengan hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan alam semesta, seperti tauladan yang diberikan Rasulullah dan para Nabi. Sastra profetik cenderung menggunakan alam sebagai bahan perenungan.
Seperti dalam salah satu karya Kuntowijoyo, antologi puisi Makrifat Daun-Daun Makrifat (1995). Kuntowijoyo menyampaikan pada kata pengantar pada antologi puisi tersebut bahwa sajak-sajak ini adalah sebuah pemberontakan, pemberontakan metafisik terhadap materialisme (Kuntowijoyo, 1995). Berdasarkan hal tersebut, sebelum membaca isi di dalamnya, pembaca bisa meraba-raba bahwa sajak-sajak yang tersaji merupakan sindiran terhadap manusia yang semakin hedonis. Melalui tulisannya itu, penulis melakukan pemberontakan halus terhadap keadaan yang seolah-olah telah melupakan Tuhan.

B. Antologi Puisi Makrifat Daun-Daun Makrifat
Antologi puisi Makrifat daun-Daun Makrifat terdiri dari lima judul sajak, yaitu Sajak-sajak yang Dimulai dengan Bait Al-Barzanji (hal 9), Storrs- New York, 1973-1974 (hal 17), Menjadi Saksi Pemogokan (hal 19), Aku Cemas Bumi Semakin Menyusut (hal 20), dan Pertentangan ialah Hukum Surgawi (hal 42). Antologi tersebut terdiri dari 61 halaman.
Satu-satunya sajak dalam antologi tersebut yang tidak mengungkapkan tentang religiusitas adalah sajak yang berjudul Menjadi Saksi Pemogokan. Sajak yang hanya terdiri dari dua bait dan tujuh baris tersebut, bisa diinterpretasikan sebagai penderitaan masyarakat kelas bawah atau para pekerja rendahan (buruh-buruh pabrik) karena banyak diperas tenaganya dengan kompensasi yang tidak sesuai, sehingga mereka harus berjuang menuntut hak-haknya yang kadang kala tidak diberikan. Berikut kutipannya.
(Menjadi saksi pemogokan)

Kusucikan waktu dengan kata
sehingga para pekerja
kembali ke pabrik

Aku tak pernah sangsi
kemerdekaan, tangan gaib semesta
mengalir lewat benang elektronik
dan kesadaran mulia
Antologi “Makrifat Daun-Daun Makrifat”, dimulai dengan sajak yang berjudul Sajak-sajak yang dimulai dengan Bait Al-Barzanji yang merupakan gambaran kecintaan Kuntowijoyo terhadap Rasulullah dengan menuliskan pujian-pujian bagi Rasul. Sajak tersebut terdiri dari tujuh sajak yang semuanya dimulai dengan puji-pujian kepada Rasul, sesuai dengan judulnya. Berikut kutipannya.
Ya, Allah. Taburkan wangian
di kubur Nabi yang Mulia
dengan semerbak salawat
dan salam sejahtera
..............................
Hanya saja sebutan untuk Nabi Muhammad SAW yang diganti (lihat tulisan bergaris bawah). Pada sajak kedua diganti dengan Muhammad yang mulia, selanjutnya disimbolkan dengan Matahari yang mulia, sajak selanjutnya Purnama yang mulia, kemudian berturut-turut tertulis Cahaya yang mulia, Rasul yang mulias, dan Tercinta yang mulia.
Tidak hanya sekedar puji-pujian, tapi juga pengharapan penulis agar mampu ikhlas dan berserah diri secara sempurna pada Tuhan seperti tauladannya tersebut. Hal tersebut dapat ditemukan dalam kutipan di bawah ini.
Dengan ikhlas
kutanam pohon untuk burung
yang sanggup
memuji Tuhan dengan sempurna
.........................
Selain hal tersebut di atas, bagian sajak pertama dalam antologi “Makrifat Daun-Daun Makrifat” terdapat perenungan yang digambarkan dengan alam, seperti kutipan berikut.
Sesudah membuka pintu-pintu
Aku keluar menuju ladang
Dan di antara pohon kutemukan
Senyum, danau, dan ayat Tuhan
.............................

Penulis memainkan kata-kata dan berimajinasi dengan alam, karena melalui alam manusia bisa merasakan kebesaran Tuhan. Lihat saja baris ke-2, jika direnungi lebih dalam, pembaca akan menemukan makna bahwa dengan melihat ladang yang luas dan subur harusnya manusia sangat bersyukur dengan limpahan karunia dari Tuhan. Kata pohon dipilih karena merupakan sebuah perenungan tentang kerindangan yang mampu mengayomi manusia, manfaat yang diberikan berupa kayu, buah, maupun daunnya, bahkan pepohonan mampu menjaga dan melindungi manusia dari bencana alam seperti banjir, selain itu pohon juga sangat menikmati kehidupannya dengan bergerak mengikuti arah angin, tak melawan arus, namun tetap teguh dalam pendirian. Ketika pembaca terkontemplasi dengan kata pohon, maka akan ditemukan bahwa dengan melihat dan merenung tentang pohon manusia akan selalu tersenyum, menemukan kesejukan dan kesegaran dalam hidup (yang disimbolkan dengan danau), dan menemukan semua kebesaran dan kasih sayang Tuhan.
Sajak lain yang menggunakan alam adalah salah satu sajak dalam sajak (Aku cemas bumi semakin menyusut). Selain merenung melalui alam, Kuntowijoyo juga menggunakan bahasa warna, berikut kutipannya.
Bahkan kapal mencair di batas mimpi
karena pantai semakin jauh
Tetapi tidak Engkau
Subhnallah biru
Subhanallah ungu
Subhanallah rindu

Penulis memilih berkontemplasi melalui kapal yang berlayar karena ingin menyampaikan pemikirannya bahwa semua hal yang di dunia pasti akan menghilang, seperti kapal yang berlayar akhirnya akan menjauhi pantai dan menghilang. Namun Tuhan tidak akan pernah menghilang dan tidak akan pernah meninggalkan manusia bagaimanapun keadaannya. Kuntowijoyo juga menggunakan simbol warna dalam menyampiakan pemikirannya. Warna biru menyimbolkan ketenangan, kelembutan, kesenangan, kebaikan, sedangkan warna ungu melambangkan wibawa dan keagungan (Kinayati Djojosuroto, 2007:475,476). Makna dari simbol warna tersebut merupakan gambaran tentang sedikit kebesaran Tuhan karena didahului dengan kata Subhanallah yang berarti Maha Suci Allah. Baris terakhir dituliskan Subhanallah rindu, bermakna bahwa penulis merindukan semua sifat yang baik itu.
Dalam salah satu sajaknya yang terdapat pada sajak (Pertentangan ialah hukum surgawi), penulis menyampaikan pemikirannya tentang ancaman bagi manusia yang melupakan Tuhan, lagi-lagi penulis memilih alam sebagai bahan perenungan, seperti kutipan di bawah ini.
Suatu hari kutemukan
burung di sangkar termenung membungkam
aku bertanya dan dengan sedih dia mengatakan
Mereka yang melupakan Tuhan
tak berhak mendengar burung bernyanyi

Sajak tersebut merupakan sebuah ancaman bagi manusia yang melupakan keberadaan Tuhan. Pemilihan kata-kata burung di sangkar dengan interpretasi bahwa burung yang di dalam sangkar tidak bisa terbang kemanapun, waktunya banyak digunakan untuk mengamati manusia. Burung tersebut menjadi semakin sedih karena melihat pola hidup dan tingkah laku manusia yang semakin mendewakan duniawi dan melupakan keberadaan Tuhan. Lebih jelas lagi, pada baris terakhir bisa diinterpretasikan bahwa manusia tidak punya hak untuk menikmati semua kebesaran dan keindahan yang dimiliki Tuhan ketika manusia melupakan Tuhan.

C. Perenungan
Semua sajak dalam antologi puisi “Makrifat Daun-Daun Makrifat” banyak bersuara tentang mengingatkan manusia bahwa semua alam semesta, termasuk warna-warna adalah milik Tuhan. Sehingga manusia sudah selayaknya beriman dan bertaqwa pada Tuhan sesuai tuntunan, tauladan, dan ajaran yang dibawa para utusan-Nya.
Sesuai judulnya, “Makrifat Daun-Daun Makrifat” sajak-sajak yang tersaji mengenai atau berkaitan dengan pemikiran yang mendalam tentang Tuhan. Kata Makrifat berarti pengetahuan, tingkat penyerahan diri kepada Tuhan, yang setingkat demi setingkat sehingga sampai pada tingkat keyakinan yang kuat. Kata Daun secara leksikal berarti bagian dari tumbuhan yang berfungsi sebagai alat bernafas dan mengolah zat makanan, bisa dikatakan merupakan bagian hidup dari sebuah pohon.
Judul tersebut jika diinterpretasikan mempunyai pemaknaan bahwa melalui daun (menyimbolkan tentang kehidupan), manusia perlu untuk merenung, kemudian meningkatkan pengetahuan dan kecintaan kepada Tuhan sedikit demi sedikit sehingga mampu mencapai keyakinan yang kuat. Dengan mengamati alam semesta dan lingkungan sekitar, kemudian merenungi apa yang ada di baliknya, maka manusia akan menemukan Tuhan. Hal itulah yang ingin disampaikan Kuntowijoyo dalam antologi “Makrifat Daun-Daun Makrifat”.(ayu/09)

Minggu, 31 Mei 2009

Ketika sabar dan ikhlas hilang
Hidup jadi mengambang
Ketika cinta ku pada Mu sedang luntur
Hidup jadi hancur lebur

30/05/2009 8:53:00

cerpen

Pensil dan Kertas Ketika Seseorang Menulis Puisi
Ayu Ardiyanti

Malam itu, seseorang yang sedang tergila-gila menulis puisi tapi tak pernah berani mempublikasikannya, kembali menggeluti rutinitasnya menulis puisi. Di tangannya telah tergenggam selembar kertas dan sebatang pensil bermerk terkenal.
Belum sempat ia menulis, buru-buru digeletakkannya pensil dan kertas itu di atas meja di teras rumahnya. Usut punya usut ternyata dia sakit perut, segala inspirasi yang telah tergores di otaknya tiba-tiba hilang, yang ada di otaknya sekarang adalah mengirim perintah ke syaraf motorik agar secepat mungkin sampai ke water closet.
Saat itulah pensil dan kertas tinggal berdua saja. Suasana malam begitu romantis karena kehadiran bulan yang bersinar penuh, tapi situasi di meja itu sangat berlawanan dengan suasana malam yang elegan nan manis itu.
Si kertas memandang sinis ke arah pensil. Tentu saja pensil tersinggung dengan pandangan seperti itu.
“ hei...apa maksudmu memandangku seperti itu” ujar pensil.
“dasar budak, mau-mau saja kau disuruh menulis kata-kata picisan yang menjijikkan itu di tubuhku.” Ujar kertas tak kalah sengit.
“itu bukan mauku, aku hanya sebatang pensil, tugasku hanya mengikuti gerak tangan pembawaku.” Pensil membela diri.
Keduanya kemudian terdiam, merenung mungkin. Dalam hatinya, si Pensil membenarkan kata-kata Kertas. Pensil dan kertas kemudian saling memandang dan tersenyum, keduanya jadi akur, dan berdua menikmati bulan yang tersenyum.
“ya...kau benar, aku hanya budak yang tak mampu melawan.” Ujar Pensil sambil berdesah panjang.
Kertas hanya tersenyum, karena dia juga menyadari bahwa kedudukannya sama dengan Pensil. Kertas jadi sedih karena mendapati dirinya tak mampu menolak sesuatu yang tak disukainya.
Tiba-tiba keromantisan mereka berdua jadi terhenti, seseorang itu telah kembali dari renungannya di tempat lain. Pensil dan Kertas jadi hilang semangat. Seseorang itu kemudian meraih Kertas dan Pensil, lama sekali dia memegang Pensil, dia terdiam sambil memandang kosong, inspirasi yang tadi di otaknya mungkin lari entah kemana dan dia harus mulai berimajinasi lagi.
Pensil dan kertas jadi heran kenapa penulis itu lama sekali mendapat inspirasi, biasanya dalam sekejap saja, sudah muncul deretan kata-kata manis nan gombal. Tiba-tiba saja tanpa ada yang menyadari, sebuah tragedi terjadi pada Pensil, dia telah menemukan dirinya tergeletak di atas lantai yang dingin, padahal tadi masih ada dalam genggaman seseorang. Kertas yang mengetahui kejadian itu kaget, kemudian diliriknya si penulis, ternyata dia telah tertidur pulas.
mdn.13012009

Selasa, 26 Mei 2009

Mendadak Angker ???
Ayu Ardiyanti Rifai

Rumah Mirna yang semula tenang dan damai, tiba-tiba dihebohkan dengan adanya suara tawa cekikikan seorang perempuan di tengah malam, suara itu terdengar sangat menyeramkan. Wanita setengah baya itu menjadi ketakutan hingga terkena insomnia. Suara itu mirip dengan suara tawa cekikikan hantu yang ada dalam filmnya Suzana, siapapun pasti akan bergidik kalau mendengarnya.
“Hiii...kenapa suara itu ada lagi, padahal di rumah ini sering sekali diadakan pengajian, apa iya ada hantu yang berani nyasar ke rumah ini ?” pikirnya dari balik selimut.
***
Teror suara yang menyeramkan itu semakin sering terdengar di rumah itu. Mirna yang sebenarnya pemeluk Islam yang taat, menjadi kehilangan akal sehatnya dan memutuskan mencari paranormal untuk mengusir hantu di rumahnya.
Sore itu seorang paranormal datang ke rumah Mirna, segala macam sesajen sudah disiapkan sebagai syarat pengusiran makhluk gaib, lelaki dengan dandanan nyentrik itu duduk bersila dan berkomat-kamit entah apa yang diucapkan. Dia meminum segelas air putih dan menyemburkan air itu ke setiap pojok rumah.
“Bagaimana pak, rumah saya ada apanya ?”
“Rumah Ibu kedatangan tamu gaib, seorang perempuan”
“Rumah saya ini sudah saya tempati hampir lima belas tahun, tapi selama itu tidak ada apa-apa”
“Dia hanya mampir Bu, setelah saya adakan ritual, saya jamin suara itu tidak akan terdengar lagi di rumah Ibu” jawab lelaki itu sok tahu.
Setelah Mirna menyerahkan uang sebesar lima ratus ribu rupiah, paranormal yang sebenarnya diragukan keasliannya itu pulang dengan senyum senang.
Malam ini Mirna menjadi tenang, dia pikir suara itu sudah hilang karena sudah diusir oleh paranormal. Tapi ternyata, kepalsuan paranormal itu terbukti dengan jelas. Ketika dia akan ke kamar mandi jam 3 dini hari, suara menakutkan itu terdengar lagi, bulu kuduknya berdiri. Karena sangat ketakutan, dia membatalkan acaranya ke kamar mandi, segera berlari masuk kamar dan menguncinya rapat-rapat.
Ijah yang saat itu masih terjaga karena sms-an, menjadi heran melihat tingkah polah majikannya di depan pintu kamar mandi yang letaknya dekat dengan kamar tidurnya. Pembantu itu menjadi bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa majikannya itu sering bertingkah aneh akhir-akhir ini, mulai datangnya dukun ke rumah majikannya hingga tingkah-tingkah ketakutan Mirna. Dia tak berani bertanya tentang apa yang terjadi.
***
Meskipun telah tertipu paranormal, tapi hal itu tidak membuat Mirna patah arang untuk mencari paranormal kedua. Kali ini Mirna memanggil paranormal yang punya gelar kiai dan bersorban, dia pikir dengan gelar itu, ilmunya pasti lebih tinggi, dan agama membolehkan karena dia bergelar kiai.
Sungguh malang wanita itu, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Paranormal kedua yang mengaku seorang kiai pengusir hantu itu ternyata hanya seorang penipu, seperti paranormal yang dipanggilnya dulu. Kali ini Mirna kehilangan uang lebih banyak, enam ratus ribu rupiah terbuang sia-sia. Ternyata gelar kiai pun bukanlah suatu jaminan.
Malam harinya, Mirna semakin putus asa. Dia sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Dua orang paranormal yang datang ternyata hanya seorang penipu yang memanfaatkan kesulitan orang lain, sejak saat itu Mirna bersumpah dalam hatinya bahwa dia tidak akan pernah percaya lagi dengan yang namanya paranormal, dukun, orang pintar atau apapun namanya.
Mirna sudah putus asa, di atas dipannya, mulutnya berkomat-kamit.
“Wahai siapapun kamu yang selalu tertawa tengah malam, tolong jangan ganggu saya, saya janji tidak akan memanggil dukun lagi. Tolong pergi dari sini, jangan ganggu saya....” dia mengucapkan itu sambil menangis sesenggukan.
Tiba-tiba saja suara tawa itu terdengar lagi “hiiii.......hiiii......hiiiii.......”. Suara jangkrik yang bersahutan, udara dingin malam yang masuk kamar melalui lubang angin, suara angin yang meliuk-liuk menggoyangkan dahan-dahan pohon hingga bersuara, membuat suasana menjadi tambah seram.
Tangis Mirna tak terbendung lagi, di balik selimutnya dia mengucapkan doa apa saja yang dihafalnya. Mirna sudah tidak tahan dengan situasi yang dihadapinya. Dia putus asa.
Tapi tiba-tiba, ada keberanian yang muncul, karena sudah tidak tahan dengan situasi yang dialaminya. Kalau pun harus mati di tangan hantu, dia sudah tak peduli, lebih baik berjuang daripada terteror setiap hari, pikirnya. Dia berniat mencari hantu itu.
Dengan badan gemetar, Mirna keluar kamar sambil mengendap-endap. Tujuan pertamanya adalah kamar Ijah, dia akan mengajak Ijah untuk menemaninya berburu hantu.
Sesampainya di depan pintu kamar Ijah, Mirna kaget setengah mati, hampir saja dia ngompol di tempat, keberaniannya tadi hilang entah kemana, suara tawa menyeramkan itu terdengar lagi.
“Ijah......Ijah...... tolong Jah.......” Mirna berteriak sekencang-kencangnya memanggil Ijah.
Ijah yang sedang asyik sms-an dengan pacar barunya, menjadi kaget dan segera keluar kamar. Di depan kamar didapatinya sang majikan sudah lemas hampir pingsan.
“Lho ada apa, Nyonya kenapa ?” Ijah panik.
“Ada setan Jah.... tolong suruh pergi setannya Jah...”
Ijah semakin bingung
“Mana ada setan di rumah ini, mana mungkin rumah ini mendadak angker ?” Ijah berusaha menenangkan majikannya yang sangat ketakutan.
Tiba-tiba, suara tawa yang menjadi sumber ketakutan Mirna itu terdengar lagi, Mirna menangis sambil menutupi telinganya.
“Sebentar ya Nyah” Ijah melangkah ke dalam kamar.
“Jah jangan kemana-kemana, jangan tinggalkan aku” suara Mirna serak.
Ijah keluar kamar sambil membawa ponsel di tangannya, tiba-tiba dari ponsel itu terdengar suara tawa cekikikan seorang perempuan, sangat menyeramkan. Mirna kaget dan wajahnya menjadi merah padam.
Sumber suara tawa cekikikan hantu itu adalah ringtone sms HP pembantunya. Suara yang menyeramkan itu bukanlah hantu seperti yang dipikirkan Mirna selama ini, ternyata suara itu berasal dari ringtone sebuah handphone.
Kesadaran Mirna segera kembali, dia memandangi pembantunya itu dengan mata yang merah seperti karnivora yang ingin menerkam mangsanya.
“Ooo.... jadi selama ini kamu ya sumber ketidaktenangan dan ketakutan rumah ini”
“Maksud Nyonya apa ?” Ijah bingung
“Suara HP-mu itu membuatku ketakutan setengah mati setiap malam”
Ijah kaget mendengar pengakuan majikannya itu, dia tidak menyangka keisengannya memasang ringtone hantu di ponselnya itu membuat majikannya kalang kabut dan ketakutan.
“Mulai hari ini kamu ganti suara ponselmu itu dan kamu dilarang pegang HP selama sebulan, kalau kamu nekad berarti akan ada PHK di rumah ini. Satu lagi, gaji kamu dipotong seminggu !!!”
Mirna meninggalkan Ijah yang merana karena dia dilarang menggunakan HP sekaligus kehilangan gaji satu minggu.
***
mdn,070508