Minggu, 31 Mei 2009

Ketika sabar dan ikhlas hilang
Hidup jadi mengambang
Ketika cinta ku pada Mu sedang luntur
Hidup jadi hancur lebur

30/05/2009 8:53:00

cerpen

Pensil dan Kertas Ketika Seseorang Menulis Puisi
Ayu Ardiyanti

Malam itu, seseorang yang sedang tergila-gila menulis puisi tapi tak pernah berani mempublikasikannya, kembali menggeluti rutinitasnya menulis puisi. Di tangannya telah tergenggam selembar kertas dan sebatang pensil bermerk terkenal.
Belum sempat ia menulis, buru-buru digeletakkannya pensil dan kertas itu di atas meja di teras rumahnya. Usut punya usut ternyata dia sakit perut, segala inspirasi yang telah tergores di otaknya tiba-tiba hilang, yang ada di otaknya sekarang adalah mengirim perintah ke syaraf motorik agar secepat mungkin sampai ke water closet.
Saat itulah pensil dan kertas tinggal berdua saja. Suasana malam begitu romantis karena kehadiran bulan yang bersinar penuh, tapi situasi di meja itu sangat berlawanan dengan suasana malam yang elegan nan manis itu.
Si kertas memandang sinis ke arah pensil. Tentu saja pensil tersinggung dengan pandangan seperti itu.
“ hei...apa maksudmu memandangku seperti itu” ujar pensil.
“dasar budak, mau-mau saja kau disuruh menulis kata-kata picisan yang menjijikkan itu di tubuhku.” Ujar kertas tak kalah sengit.
“itu bukan mauku, aku hanya sebatang pensil, tugasku hanya mengikuti gerak tangan pembawaku.” Pensil membela diri.
Keduanya kemudian terdiam, merenung mungkin. Dalam hatinya, si Pensil membenarkan kata-kata Kertas. Pensil dan kertas kemudian saling memandang dan tersenyum, keduanya jadi akur, dan berdua menikmati bulan yang tersenyum.
“ya...kau benar, aku hanya budak yang tak mampu melawan.” Ujar Pensil sambil berdesah panjang.
Kertas hanya tersenyum, karena dia juga menyadari bahwa kedudukannya sama dengan Pensil. Kertas jadi sedih karena mendapati dirinya tak mampu menolak sesuatu yang tak disukainya.
Tiba-tiba keromantisan mereka berdua jadi terhenti, seseorang itu telah kembali dari renungannya di tempat lain. Pensil dan Kertas jadi hilang semangat. Seseorang itu kemudian meraih Kertas dan Pensil, lama sekali dia memegang Pensil, dia terdiam sambil memandang kosong, inspirasi yang tadi di otaknya mungkin lari entah kemana dan dia harus mulai berimajinasi lagi.
Pensil dan kertas jadi heran kenapa penulis itu lama sekali mendapat inspirasi, biasanya dalam sekejap saja, sudah muncul deretan kata-kata manis nan gombal. Tiba-tiba saja tanpa ada yang menyadari, sebuah tragedi terjadi pada Pensil, dia telah menemukan dirinya tergeletak di atas lantai yang dingin, padahal tadi masih ada dalam genggaman seseorang. Kertas yang mengetahui kejadian itu kaget, kemudian diliriknya si penulis, ternyata dia telah tertidur pulas.
mdn.13012009

Selasa, 26 Mei 2009

Mendadak Angker ???
Ayu Ardiyanti Rifai

Rumah Mirna yang semula tenang dan damai, tiba-tiba dihebohkan dengan adanya suara tawa cekikikan seorang perempuan di tengah malam, suara itu terdengar sangat menyeramkan. Wanita setengah baya itu menjadi ketakutan hingga terkena insomnia. Suara itu mirip dengan suara tawa cekikikan hantu yang ada dalam filmnya Suzana, siapapun pasti akan bergidik kalau mendengarnya.
“Hiii...kenapa suara itu ada lagi, padahal di rumah ini sering sekali diadakan pengajian, apa iya ada hantu yang berani nyasar ke rumah ini ?” pikirnya dari balik selimut.
***
Teror suara yang menyeramkan itu semakin sering terdengar di rumah itu. Mirna yang sebenarnya pemeluk Islam yang taat, menjadi kehilangan akal sehatnya dan memutuskan mencari paranormal untuk mengusir hantu di rumahnya.
Sore itu seorang paranormal datang ke rumah Mirna, segala macam sesajen sudah disiapkan sebagai syarat pengusiran makhluk gaib, lelaki dengan dandanan nyentrik itu duduk bersila dan berkomat-kamit entah apa yang diucapkan. Dia meminum segelas air putih dan menyemburkan air itu ke setiap pojok rumah.
“Bagaimana pak, rumah saya ada apanya ?”
“Rumah Ibu kedatangan tamu gaib, seorang perempuan”
“Rumah saya ini sudah saya tempati hampir lima belas tahun, tapi selama itu tidak ada apa-apa”
“Dia hanya mampir Bu, setelah saya adakan ritual, saya jamin suara itu tidak akan terdengar lagi di rumah Ibu” jawab lelaki itu sok tahu.
Setelah Mirna menyerahkan uang sebesar lima ratus ribu rupiah, paranormal yang sebenarnya diragukan keasliannya itu pulang dengan senyum senang.
Malam ini Mirna menjadi tenang, dia pikir suara itu sudah hilang karena sudah diusir oleh paranormal. Tapi ternyata, kepalsuan paranormal itu terbukti dengan jelas. Ketika dia akan ke kamar mandi jam 3 dini hari, suara menakutkan itu terdengar lagi, bulu kuduknya berdiri. Karena sangat ketakutan, dia membatalkan acaranya ke kamar mandi, segera berlari masuk kamar dan menguncinya rapat-rapat.
Ijah yang saat itu masih terjaga karena sms-an, menjadi heran melihat tingkah polah majikannya di depan pintu kamar mandi yang letaknya dekat dengan kamar tidurnya. Pembantu itu menjadi bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa majikannya itu sering bertingkah aneh akhir-akhir ini, mulai datangnya dukun ke rumah majikannya hingga tingkah-tingkah ketakutan Mirna. Dia tak berani bertanya tentang apa yang terjadi.
***
Meskipun telah tertipu paranormal, tapi hal itu tidak membuat Mirna patah arang untuk mencari paranormal kedua. Kali ini Mirna memanggil paranormal yang punya gelar kiai dan bersorban, dia pikir dengan gelar itu, ilmunya pasti lebih tinggi, dan agama membolehkan karena dia bergelar kiai.
Sungguh malang wanita itu, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Paranormal kedua yang mengaku seorang kiai pengusir hantu itu ternyata hanya seorang penipu, seperti paranormal yang dipanggilnya dulu. Kali ini Mirna kehilangan uang lebih banyak, enam ratus ribu rupiah terbuang sia-sia. Ternyata gelar kiai pun bukanlah suatu jaminan.
Malam harinya, Mirna semakin putus asa. Dia sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Dua orang paranormal yang datang ternyata hanya seorang penipu yang memanfaatkan kesulitan orang lain, sejak saat itu Mirna bersumpah dalam hatinya bahwa dia tidak akan pernah percaya lagi dengan yang namanya paranormal, dukun, orang pintar atau apapun namanya.
Mirna sudah putus asa, di atas dipannya, mulutnya berkomat-kamit.
“Wahai siapapun kamu yang selalu tertawa tengah malam, tolong jangan ganggu saya, saya janji tidak akan memanggil dukun lagi. Tolong pergi dari sini, jangan ganggu saya....” dia mengucapkan itu sambil menangis sesenggukan.
Tiba-tiba saja suara tawa itu terdengar lagi “hiiii.......hiiii......hiiiii.......”. Suara jangkrik yang bersahutan, udara dingin malam yang masuk kamar melalui lubang angin, suara angin yang meliuk-liuk menggoyangkan dahan-dahan pohon hingga bersuara, membuat suasana menjadi tambah seram.
Tangis Mirna tak terbendung lagi, di balik selimutnya dia mengucapkan doa apa saja yang dihafalnya. Mirna sudah tidak tahan dengan situasi yang dihadapinya. Dia putus asa.
Tapi tiba-tiba, ada keberanian yang muncul, karena sudah tidak tahan dengan situasi yang dialaminya. Kalau pun harus mati di tangan hantu, dia sudah tak peduli, lebih baik berjuang daripada terteror setiap hari, pikirnya. Dia berniat mencari hantu itu.
Dengan badan gemetar, Mirna keluar kamar sambil mengendap-endap. Tujuan pertamanya adalah kamar Ijah, dia akan mengajak Ijah untuk menemaninya berburu hantu.
Sesampainya di depan pintu kamar Ijah, Mirna kaget setengah mati, hampir saja dia ngompol di tempat, keberaniannya tadi hilang entah kemana, suara tawa menyeramkan itu terdengar lagi.
“Ijah......Ijah...... tolong Jah.......” Mirna berteriak sekencang-kencangnya memanggil Ijah.
Ijah yang sedang asyik sms-an dengan pacar barunya, menjadi kaget dan segera keluar kamar. Di depan kamar didapatinya sang majikan sudah lemas hampir pingsan.
“Lho ada apa, Nyonya kenapa ?” Ijah panik.
“Ada setan Jah.... tolong suruh pergi setannya Jah...”
Ijah semakin bingung
“Mana ada setan di rumah ini, mana mungkin rumah ini mendadak angker ?” Ijah berusaha menenangkan majikannya yang sangat ketakutan.
Tiba-tiba, suara tawa yang menjadi sumber ketakutan Mirna itu terdengar lagi, Mirna menangis sambil menutupi telinganya.
“Sebentar ya Nyah” Ijah melangkah ke dalam kamar.
“Jah jangan kemana-kemana, jangan tinggalkan aku” suara Mirna serak.
Ijah keluar kamar sambil membawa ponsel di tangannya, tiba-tiba dari ponsel itu terdengar suara tawa cekikikan seorang perempuan, sangat menyeramkan. Mirna kaget dan wajahnya menjadi merah padam.
Sumber suara tawa cekikikan hantu itu adalah ringtone sms HP pembantunya. Suara yang menyeramkan itu bukanlah hantu seperti yang dipikirkan Mirna selama ini, ternyata suara itu berasal dari ringtone sebuah handphone.
Kesadaran Mirna segera kembali, dia memandangi pembantunya itu dengan mata yang merah seperti karnivora yang ingin menerkam mangsanya.
“Ooo.... jadi selama ini kamu ya sumber ketidaktenangan dan ketakutan rumah ini”
“Maksud Nyonya apa ?” Ijah bingung
“Suara HP-mu itu membuatku ketakutan setengah mati setiap malam”
Ijah kaget mendengar pengakuan majikannya itu, dia tidak menyangka keisengannya memasang ringtone hantu di ponselnya itu membuat majikannya kalang kabut dan ketakutan.
“Mulai hari ini kamu ganti suara ponselmu itu dan kamu dilarang pegang HP selama sebulan, kalau kamu nekad berarti akan ada PHK di rumah ini. Satu lagi, gaji kamu dipotong seminggu !!!”
Mirna meninggalkan Ijah yang merana karena dia dilarang menggunakan HP sekaligus kehilangan gaji satu minggu.
***
mdn,070508